Data ekonomi terbaru menunjukkan bahwa pasar kerja AS menunjukkan tanda-tanda kelemahan. Data non-pertanian untuk bulan Juli yang baru saja dirilis jauh di bawah ekspektasi pasar, dengan penambahan jumlah pekerjaan hanya 73.000, jauh di bawah prediksi sebelumnya. Yang lebih mengkhawatirkan, data pekerjaan untuk bulan Mei dan Juni juga mengalami revisi besar.

Data ketenagakerjaan yang lemah ini memicu kekhawatiran pasar tentang prospek ekonomi AS, sekaligus meningkatkan ekspektasi bahwa Federal Reserve mungkin akan mengambil kebijakan moneternya yang lebih longgar. Menurut alat 'FedWatch' dari Chicago Mercantile Exchange (CME), pasar memperkirakan bahwa kemungkinan Federal Reserve akan menurunkan suku bunga sebesar 25 basis poin pada bulan September telah melonjak menjadi 80,3%, sementara sebelum data non-farm dirilis, kemungkinan ini hanya sebesar 41,3%.

Selain pengaruh data ketenagakerjaan, perubahan personel di dalam Federal Reserve juga menarik perhatian pasar. Diketahui bahwa anggota dewan Federal Reserve, Kuger, akan mengundurkan diri minggu depan. Perubahan ini mungkin memberikan kesempatan kepada pemerintah saat ini untuk menunjuk anggota dewan baru lebih awal, yang mungkin akan mempengaruhi arah kebijakan Federal Reserve.

Faktor-faktor ini secara keseluruhan tidak hanya mencerminkan tantangan yang dihadapi oleh ekonomi AS saat ini, tetapi juga menyoroti sensitivitas pasar terhadap arah kebijakan moneter Federal Reserve di masa depan. Para analis percaya bahwa jika data ekonomi di masa depan terus melemah, Federal Reserve mungkin akan lebih cenderung untuk mengambil kebijakan moneter yang longgar untuk mendukung pertumbuhan ekonomi. Namun, keputusan kebijakan yang spesifik masih perlu mempertimbangkan berbagai faktor seperti tekanan inflasi, kinerja pasar tenaga kerja, dan pertumbuhan ekonomi secara keseluruhan.